Tunggu Aku INDONESIA



Sinar mentari yang menyusup disela-sela tirai jendela kamarku , membuatku terbanggun dari
mimpi indahku. Mimpi yang sangat sangat kuharapkan segera menjadi nyata. Dimana aku sedang
berjalan diatas jembatan menikmati indahnya pemandangan salah satu sungai terbesar di Indonesia,
sungai Barito namanya.

Entah mengapa satu minggu terakhir ini Kerinduanku untuk berpulang ketanah air begitu
menggebu gebu. Maklum, aku adalah seorang perantau di Negeri orang yang sudah hampir sepuluh tahun
belum pulang ke kampung halaman. Sejak lulus dari salah satu SMA ternama di Kalimantan Selatan aku
bertekat untuk menuntut ilmu di luar Negeri demi meraih cita-cita menjadi seorang Teknik Sipil yang
handal. Keinginanku terkabul untuk menuntut ilmu di Negeri orang. Aku pergi ke Jerman, Negara maju
yang katanya terkenal dengan teknologi moderennya. Kini aku tinggal di kota Trier, salah satu kota tertua
di Jerman.
Berrrrrt berrrt..... getar handphoneku menyadarkanku dari lamunan. Aku beranjak mengambil
handphoneku dan melihat pesan yang masuk.
“Roy, presentasi akan diadakan pagi ini jangan lupa bawa modelnya“ pesan singkat yang dikirim
oleh rekan kerjaku Hendra.
Aku segera bergegas bersiap siap untuk pergi ke kantor dimana aku bekerja sebagai arsitektur. Hari
ini adalah hari yang penting, dimana aku akan mempresentasikan trobosan terbaru dari desain tata kota
rancanganku didepan seluruh petinggi pejabat kota Trier.
Semangat ku berkobar, ini adalah puncak hari yang ku nanti nanti. Jika hari ini aku berhasil untuk
meyakinkan para pejabat itu dan model rancangan desain yang aku buat memuaskan mereka, aku akan
sangat yakin jika aku juga bisa mewujudkan mimpiku membangun kota dan Negara ku tercinta
Banjarmasin dimana tempat aku dilahirkan. sambil menyeruput secangkir kopi yang sempat ku buat aku
bergegas menyiapkan semua keperluan yang harus ku bawa untuk prsentasi, dan langsung pergi
meningglkan apartemen.
Mobil yang ku kemudikan melenggang dengan lancar di jalan raya tanpa kemacetan yang terjadi.
Aku tersenyum, entah kenapa aku teringat Negeriku Indonesia dimana macet adalah sahabat karib
pengemudi kendaraan. Pikiranku kembali menyusuri detail-detail jalanan kota Banjarmasin Kalimantan

Selatan, “Banjarmasin Bungas” julukannya yang artinya Banjarmasin Cantik. Dimana banyak bangunan-
bangunan pinggir jalan yang sangat mepet pekarangannya dengan jalan raya sehingga jalanan terkesan

sempit dan semrawut. Padahal jika dipikir lagi Banjarmasin adalah salah satu Provinsi dari pulau
Kalimantan yang mana menjadi salah satu pulau terbesar di Indonesia. Pulau yang salah satu Provinsinya

diwacanakan akan menjadi Ibu kota Negara Indonesia itu sebenarnya masih sangat mungkin untuk
didesain dengan rapi agar tidak menimbulkan kemacetan jika memang ingin dijadikan Ibu Kota Negara.
Tapi aku kembali tersenyum kecut, mengingat masih banyak oknum-oknum yang hanya memanfaatkan
dana proyek pembangunan infrastuktur untuk memenuhi pundi-pundi kekayaan pribadi. Dana yang
seharusnya dapat membuat jalan tol dengan desain moderen dan kualitas terbaik malah dikorupsi. Bahan
material yang berkualitas ditukar dengan yang biasa saja, sehingga tidak sedikit bangunan atau jalan baru
berusia tiga tahun sudah minta direnofasi lagi.
Aku teringat masa kecilku dulu saat aku ikut menonton berita tentang kasus korupsi dana
infrastruktur di televisi.
“Abah,,, Kenapa bebuhanyatu urang pintar pintar tapi korupsi Bah?”

tanyaku polos pada Ayah

yang sedang serius menyimak liputan berita aktual di televisi ruang keluarga.
“ya,, karena buhannya tu makai kapintarannya gasan meakali urang lain”

jawab ayah sekenanya

dengan logat kental banjarnya sambil masih serius memperhatikan berita.
“Bulihlah kaya itu Bah?.. amun urang pintar tu kawa meakali orang lain? Amun bulih ulun handak
jua kaya itu kena ah,, ”

dengan lugunya aku bertanya lagi.

“huuuuust........... kada bulih pang Roy ay,, itu dzolim ngarannya,, dosa meambil hak yang lain
ampunnya. Amun ikam kena ganal sudah tarus kena jadi urang pintar nih, harus pang menjadi urang yang
kawa menggunakan kepintaran ikam gasan meamalkan ilmu yang ikam punya. ikam harus kawa jadi anak
bangsa yang memajukan bangsanya lain malah menggerogoti nagara” 
jawab ayah serius sambil memasang muka gemes atas pertanyaan anaknya.
Heran memang, Indonesiaku yang indah, yang dipuja-puja dengan kekayaan alamnya, Wisata
Surga yang memanjakan mata yang tak mungkin dapat ditemui dibelahan dunia manapun dengan
Kebudayaan terbesar yang pernah dimiliki dunia, masih dalam tahap berkembang. Padahal besar potensi
Indonesia menjadi Negara yang maju, makmur, dan sejahtera.
Lampu merah menghentikan laju mobilku, perjalanan menuju kantor masih setengah jam lagi.
Mataku tertuju pada papan iklan yang berada pinggir jalan, iklan sebuah promo tiket penerbangan dengan
gambar pesawat besar ditengahnya. Aku pun sadar kenapa Negara tercintaku, Indonesia masih terpuruk.
Setruktur pemerintahan yang harusnya diurus oleh orang orang yang dikira tepat terkadang masih
belum tepat. Akibatnya banyak rakyat yang jujur mesti membela Negara lain, banyak Ilmuwan yang
ikhlas membangun Teknologi di Luar Negeri, banyak orang-orang terdidik yang memilih tinggal di Luar
Negeri, banyak Usahawan memilih untuk membangun karir di Negara lain karena tidak pernah
mendapatkan prihatian serius dari pemerintah.
Tapi aku berpikir jika aku mengalami hal yang sama seperti mereka dan memilih meninggalkan
Negeri tercinta hanya untuk sebuah pengakuan karya dan karir yang baik maka aku tidak ada bedanya
dengan orang orang yang mementingkan diri sendiri, orang orang yang arogan.
Cita citaku belajar keluar Negeri tidak lain adalah untuk membangun Negeriku sendiri, Negeriku
yang masih perlu uluran tangan para pejuang bangsa. Pejuang yang ikhlas berkorban untuk membangun
Indonesia.
“tiiiiiiin........tiiin” suara klakson dibelakang memecahkan lamunanku. Aku tidak menyadari kalau
lampu sudah berubah warna menjadi hijau. Ku jalankan lagi mobilku melintasi jalanan kota tertua di
Jerman ini.
Aku sampai dikantor tempatku bekerja, gedung yang megah dengan desain bangunan yang elegan
membuat siapapun betah berlama lama didalamnya. Beberapa karyawan kantor terlihat baru memasuki
pintu depan. Aku memasuki area parkir di bawah tanah dan memarkirkan mobilku berjejer dengan mobil
mobil karyawan yang lain. Aku membawa semua keperluan bahan presentasi sambil melangkah
memasuki lift.
Jantungku berdegub kencang, gugup sekali rasanya. Bayanganku terpantul oleh kaca yang
memenuhi dinding lift, kemeja warna putih dengan setelan jas abu abu dan sepatu hitam mengkilat yang
aku kenakan membuatku terlihat elegan dan penuh percaya diri.
“Harus..” gumamku, “harus berhasil... percaya diri Roy,, kamu pasti bisa!” bisikku pada diri sendiri,
sekaligus untuk menghilangkan rasa gugup. Hari adalah impianku untuk membuktikan kepantasanku
menjadi seorang arsitek tata kota. Jika aku berhasil hari ini, aku akan pulang ke Indonesia dan
mewujudkan mimpiku untuk memperbaiki dan merancang desain perkotaan yang ideal untuk kampung
halaman ku Banjarmasin dan Negaraku Indonesia.
Tunggu aku INDONESIAKU !!!! .............. Aku akan kembali kepadamu....!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar