Seperti Ombak




Apa yang tersirat dibenak kalian ketika melihat ombak? Datang tiba-tiba hilang begitu saja, kadang besar, kadang kecil, tak tentu.

Itulah yang kurasakan pada seseorang yang memiliki keperibadian bagaikan ombak. Lelah. Lelah tuk  mengikuti alunan emosi yang tak pernah bisa ditebak. Tak tentu arah, tak tentu sebab, segalanya serba tak tentu. Mencoba tuk mengerti dan bersiap siap tuk tetap teguh berdiri ketika ombak datang, menjaga agar raga dan pikiran tetap seimbang ketika ombak menghempas. Namun, apalah daya ketika jiwa masih belum bisa memprediksikan kapan datangnya ombak, seberapa besar ukurannya, apa yang dia bawa, dan bagaimana rasanya ketika terkena hempasannya. Itulah yang aku rasakan dengan kepribadian temanku yang sedikit menyebalkan, sangat menyebalkan sebenarnya. 

Temanku yang satu ini, dia memiliki kepribadain bagaikan ombak yang tak bisa ku tebak emosinya, kadang marah tiba-tiba bagai merapi yang erupsi,  kadang sejuk seperti angin yang datang dari laut, kadang hening tanpa kata dan kadang seperti api yang membakar semua benda disampingnya. Lelah mengikuti semua kehendaknya, lelah untuk mengerti maunya, dan lelah berharap dia untuk mengerti diri ini bagaimana. Tapi bagaimanpun juga dia tetap teman, kan.

Sebenarnya aku adalah orang yang mudah mengerti dan selalu mencoba tuk memahami semua karakter kepribadian orang yang ada di sekelilingku. Mengenali satu demi satu bagaimana harus berinteraksi dengan mereka. Mencoba menciptakan berbagai prisai untuk melindungi diri dari sifat yang tak ku suka. Berbagai jenis topeng sudah ku koleksi untuk bertatapan dengan mereka. Semua itu kuciptakan dan kulakukan untuk melindungi diri sendiri agar aku tak tergores oleh duri yang mereka keluarkan, untuk racun yang mereka berikan, untuk asap yang mereka tiupkan, untuk batu yang mereka lemparkan dan untuk belati yang mereka simpan. Namun untuk temanku yang satu ini, semua itu tidak mempan melindungiku agar aku tak terluka. Aku masih saja jatuh ketika ombak menghantam, masih tersungkur ketika ia pergi menarik raga dan masih hanyut dengan kesedihan yang diberikan. 

Dan kini Aku terus berbenah, belajar bagaimana caranya agar aku tak tersakiti, agar aku tak terjatuh dan agar aku tak berada dikegelapan. Aneh, mungkin sebagian orang juga berpikir bahwa diri ku aneh. Mengapa mau repot-repot untuk memahami segala bentuk sifat orang lain, sibuk dengan mencari tau bagaimana diri mereka. Tapi untukku, hal ini adalah cara bagaimana seseorang untuk memulai interaksi dalam bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Bagaimana menjaga hati satu dengan yang lain agar tak terluka oleh lisan dan kelakuan, bagaimana cara untuk tidak menimbulkan konflik, antara satu golongan dan yang lain dan banyak hal buruk lainnya yang bisa di cegah jika saling memahami satu dan yang lain bukan.

Semua orang aku yakin punya caranya sendiri-sendiri untuk berinteraksi dengan yang lain, mungkin tidak semua juga bisa memahami sepenuhnya bagaimana orang disekitarnya. Dan sebagian yang lain hanya bisa menuntut untuk dipahami daripada memahami. Tapi pernahkan tersadarkan jika kita dipahami dan dimengerti, itu akan membuat kita merasa nyaman, bahagia ketika ada yang peduli dengan kondisi kita dan lain sebagainya ketika mereka bisa mengerti siapa kita. So, personally I think,  Belajarlah untuk tidak hanya menuntut buat dipahami, tapi mulailah belajar memahami. Karena ketika kita saling mengerti dan memahami tentunya kita merasa nyaman,, kan.


Foto by Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar