Seperti Ombak

/ 23.40



Apa yang tersirat dibenak kalian ketika melihat ombak? Datang tiba-tiba hilang begitu saja, kadang besar, kadang kecil, tak tentu.

Itulah yang kurasakan pada seseorang yang memiliki keperibadian bagaikan ombak. Lelah. Lelah tuk  mengikuti alunan emosi yang tak pernah bisa ditebak. Tak tentu arah, tak tentu sebab, segalanya serba tak tentu. Mencoba tuk mengerti dan bersiap siap tuk tetap teguh berdiri ketika ombak datang, menjaga agar raga dan pikiran tetap seimbang ketika ombak menghempas. Namun, apalah daya ketika jiwa masih belum bisa memprediksikan kapan datangnya ombak, seberapa besar ukurannya, apa yang dia bawa, dan bagaimana rasanya ketika terkena hempasannya. Itulah yang aku rasakan dengan kepribadian temanku yang sedikit menyebalkan, sangat menyebalkan sebenarnya. 

Temanku yang satu ini, dia memiliki kepribadain bagaikan ombak yang tak bisa ku tebak emosinya, kadang marah tiba-tiba bagai merapi yang erupsi,  kadang sejuk seperti angin yang datang dari laut, kadang hening tanpa kata dan kadang seperti api yang membakar semua benda disampingnya. Lelah mengikuti semua kehendaknya, lelah untuk mengerti maunya, dan lelah berharap dia untuk mengerti diri ini bagaimana. Tapi bagaimanpun juga dia tetap teman, kan.

Sebenarnya aku adalah orang yang mudah mengerti dan selalu mencoba tuk memahami semua karakter kepribadian orang yang ada di sekelilingku. Mengenali satu demi satu bagaimana harus berinteraksi dengan mereka. Mencoba menciptakan berbagai prisai untuk melindungi diri dari sifat yang tak ku suka. Berbagai jenis topeng sudah ku koleksi untuk bertatapan dengan mereka. Semua itu kuciptakan dan kulakukan untuk melindungi diri sendiri agar aku tak tergores oleh duri yang mereka keluarkan, untuk racun yang mereka berikan, untuk asap yang mereka tiupkan, untuk batu yang mereka lemparkan dan untuk belati yang mereka simpan. Namun untuk temanku yang satu ini, semua itu tidak mempan melindungiku agar aku tak terluka. Aku masih saja jatuh ketika ombak menghantam, masih tersungkur ketika ia pergi menarik raga dan masih hanyut dengan kesedihan yang diberikan. 

Dan kini Aku terus berbenah, belajar bagaimana caranya agar aku tak tersakiti, agar aku tak terjatuh dan agar aku tak berada dikegelapan. Aneh, mungkin sebagian orang juga berpikir bahwa diri ku aneh. Mengapa mau repot-repot untuk memahami segala bentuk sifat orang lain, sibuk dengan mencari tau bagaimana diri mereka. Tapi untukku, hal ini adalah cara bagaimana seseorang untuk memulai interaksi dalam bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Bagaimana menjaga hati satu dengan yang lain agar tak terluka oleh lisan dan kelakuan, bagaimana cara untuk tidak menimbulkan konflik, antara satu golongan dan yang lain dan banyak hal buruk lainnya yang bisa di cegah jika saling memahami satu dan yang lain bukan.

Semua orang aku yakin punya caranya sendiri-sendiri untuk berinteraksi dengan yang lain, mungkin tidak semua juga bisa memahami sepenuhnya bagaimana orang disekitarnya. Dan sebagian yang lain hanya bisa menuntut untuk dipahami daripada memahami. Tapi pernahkan tersadarkan jika kita dipahami dan dimengerti, itu akan membuat kita merasa nyaman, bahagia ketika ada yang peduli dengan kondisi kita dan lain sebagainya ketika mereka bisa mengerti siapa kita. So, personally I think,  Belajarlah untuk tidak hanya menuntut buat dipahami, tapi mulailah belajar memahami. Karena ketika kita saling mengerti dan memahami tentunya kita merasa nyaman,, kan.


Foto by Pinterest



Apa yang tersirat dibenak kalian ketika melihat ombak? Datang tiba-tiba hilang begitu saja, kadang besar, kadang kecil, tak tentu.

Itulah yang kurasakan pada seseorang yang memiliki keperibadian bagaikan ombak. Lelah. Lelah tuk  mengikuti alunan emosi yang tak pernah bisa ditebak. Tak tentu arah, tak tentu sebab, segalanya serba tak tentu. Mencoba tuk mengerti dan bersiap siap tuk tetap teguh berdiri ketika ombak datang, menjaga agar raga dan pikiran tetap seimbang ketika ombak menghempas. Namun, apalah daya ketika jiwa masih belum bisa memprediksikan kapan datangnya ombak, seberapa besar ukurannya, apa yang dia bawa, dan bagaimana rasanya ketika terkena hempasannya. Itulah yang aku rasakan dengan kepribadian temanku yang sedikit menyebalkan, sangat menyebalkan sebenarnya. 

Temanku yang satu ini, dia memiliki kepribadain bagaikan ombak yang tak bisa ku tebak emosinya, kadang marah tiba-tiba bagai merapi yang erupsi,  kadang sejuk seperti angin yang datang dari laut, kadang hening tanpa kata dan kadang seperti api yang membakar semua benda disampingnya. Lelah mengikuti semua kehendaknya, lelah untuk mengerti maunya, dan lelah berharap dia untuk mengerti diri ini bagaimana. Tapi bagaimanpun juga dia tetap teman, kan.

Sebenarnya aku adalah orang yang mudah mengerti dan selalu mencoba tuk memahami semua karakter kepribadian orang yang ada di sekelilingku. Mengenali satu demi satu bagaimana harus berinteraksi dengan mereka. Mencoba menciptakan berbagai prisai untuk melindungi diri dari sifat yang tak ku suka. Berbagai jenis topeng sudah ku koleksi untuk bertatapan dengan mereka. Semua itu kuciptakan dan kulakukan untuk melindungi diri sendiri agar aku tak tergores oleh duri yang mereka keluarkan, untuk racun yang mereka berikan, untuk asap yang mereka tiupkan, untuk batu yang mereka lemparkan dan untuk belati yang mereka simpan. Namun untuk temanku yang satu ini, semua itu tidak mempan melindungiku agar aku tak terluka. Aku masih saja jatuh ketika ombak menghantam, masih tersungkur ketika ia pergi menarik raga dan masih hanyut dengan kesedihan yang diberikan. 

Dan kini Aku terus berbenah, belajar bagaimana caranya agar aku tak tersakiti, agar aku tak terjatuh dan agar aku tak berada dikegelapan. Aneh, mungkin sebagian orang juga berpikir bahwa diri ku aneh. Mengapa mau repot-repot untuk memahami segala bentuk sifat orang lain, sibuk dengan mencari tau bagaimana diri mereka. Tapi untukku, hal ini adalah cara bagaimana seseorang untuk memulai interaksi dalam bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Bagaimana menjaga hati satu dengan yang lain agar tak terluka oleh lisan dan kelakuan, bagaimana cara untuk tidak menimbulkan konflik, antara satu golongan dan yang lain dan banyak hal buruk lainnya yang bisa di cegah jika saling memahami satu dan yang lain bukan.

Semua orang aku yakin punya caranya sendiri-sendiri untuk berinteraksi dengan yang lain, mungkin tidak semua juga bisa memahami sepenuhnya bagaimana orang disekitarnya. Dan sebagian yang lain hanya bisa menuntut untuk dipahami daripada memahami. Tapi pernahkan tersadarkan jika kita dipahami dan dimengerti, itu akan membuat kita merasa nyaman, bahagia ketika ada yang peduli dengan kondisi kita dan lain sebagainya ketika mereka bisa mengerti siapa kita. So, personally I think,  Belajarlah untuk tidak hanya menuntut buat dipahami, tapi mulailah belajar memahami. Karena ketika kita saling mengerti dan memahami tentunya kita merasa nyaman,, kan.


Foto by Pinterest
Continue Reading


Kau sanubariku
Aku nalurimu
Kita seolah bersatu padu.
Namun tak pernah bersatu.
Seperti angin yang selalu membawa rindu
melewati garpura langit biru
dan terlepas oleh sendu

Aku arteri mu
Kau venaku
Kita mengalir pada waktu yang sama seolah bersatu padu
namun tak pernah bersatu
meski pada detik detak jantung satu

Bisikan slalu ingin bertemu
namun tak ada titik  untuk itu
semua seolah semu
terbawa oleh lagu-lagu dan rasa ragu
sembilu ini semakin membiru oleh seyatan rasa yang sangat kaku

Luka ini semakin membeku
sebab tak kau cairkan oleh rindu
oleh rasa rindumu yang seharusnya kau beri untukku

Masih teringat ketika kita mereka-reka pada meja yang sama
dan semua itu hanya cerita lama
aku, kau yang menjadi kita
tanpa berbalas rasa cinta
aduhai .... seharusnya tidak ada dilema
antara cinta dan cita



-Nadia Ratatouille-
-2 September 2018-

Aku, Kau & Kita

by on 09.59
Kau sanubariku Aku nalurimu Kita seolah bersatu padu. Namun tak pernah bersatu. Seperti angin yang selalu membawa rindu melewati ga...

Pastinya kita semua pernah bertanya dan pernah ditanya tentang kabar orang lain? biasanya  orang yang menanyakan kabar kadang sudah lama tak bersua atau sudah lama tak saling sapa.  Iya gak sih?? Atau mungkin menurut gua aja kali ya.. hahaha

Gua punya satu cerita tentang satu sapaan ini. Cerita yang sederhana atau mungkin malah gak menarik sama sekali (yang mau baca silahkan gak juga gak maksa 😂).

Hi Apa kabar?? Pertanyaan yang simpel bukan, menanyakan kabar yang kadang kita sudah tau jawabanya hanya dengan melihat fisik atau keadaan dihadapan kita. Jawabanya pun kadang sudah bisa ditebak“ ya,, biasa saja, baik, sehat alhamdulillah, gini-gini aja”.  Tapi sadar gak sih jarang orang yang berterus terang ketika kabar dia gak selalu baik. Adakalannya mungkin kita sungkan mengungkapkan keadaan kita sebenarnya, mungkin kita malas untuk berbasa basi, atau mungkin kita berfikir dia tau masalah kita pun gak akan menyelesaikan masalah,, dan yaa,, jawaban simpel dengan mengatakan “baik” itu adalah jawaban yang tak panjang lebar, singkat, padat, jelas. Tapi kalian tau ,, sebenarnya itu adalah pertanyaan yang sangat menyentuh buat gua.

Gua punya seorang teman yang cukup dekat (gak bisa bilang dekat banget dan kenal dia banget juga sih,,) gua sering chat dia, kadang berbagi cerita,, mengeluh, saling ejek, curhat gak jelas dan lain-lain. Uniknya, teman gua yang satu ini selalu menanyakan kabar gua, mau gua yang chat dia duluan atau dia yang chat gua. Entah itu di awal percakapan atau di tengah-tengah ngobrol,, dan itu ada hampir di setiap chatingan dengan dia,, mau tiap hari, seminggu tiga kali, sebulan empat kali,, pokonya setiap kali chatingan dengan dia,, dia selalu nanya kabar gua.

Gua pernah nanya ke dia "Lu gak bosen ya denger kabar gua mulu?.. (dalam hati, gua yang bosen jawab pertanyaan lu mulu,, baik,, baik,, baik,,) tiap hari perasaan lu nanya kabar gua mulu dah.. " kata gua.
“ gak,,  gua gak pernah bosen untuk nanya kabar temen gua. Karena gua perlu tau kabar semua temen gua gimana” jawab dia

Simpel ya jawabannya, tapi dapet balesan kaya gitu gua terharu,, (atau gua yang terlalu alay kali ya ..wkwkwk). Ada ya orang yang masih perhatian kaya gitu, gua pikir,, gak ada lagi orang yang care kaya dia,, coz gua udah lama gak punya temen yang enak diajak ngobrol dan baik, plus perhatian.  

Malahan pas gua chat temen gua yang dah lama banget gak ngobrol dan ketemu,, dia cuman ngira kalo gua chat dia pasti ada perlunya doang,, yaelaaaaaah harus ya ada perlu dulu baru nyapa, dan klo nyapa pasti ada perlu,, (emm,, kadang gitu sih) tapi kan gak semua orang dan gak tiap saat harus kaya gitu kan.

Intinya gua bangga dengen teman gua yang satu ini. Dia orang yang baik. (Baik Banget 😆) dan dia orang yang peduli dengan keadaan. Walaupun terkadang dia gak bisa menyelesaikan masalah gua atau memberi solusi ketika gua curhat. Karena menjadi pendengar aja itu udah cukup menyenangkan ketika gua butuh didengar. 

Nah sekarang gua pesen ni guys,, jadilah orang yang peduli untuk teman kita sendiri,, tanyakan kabar mereka dan pastikan bahwa orang terdekat kita memang baik-baik saja.
Jadi.. apakabar kalian hari ini?? ... 💖😊

HI,, APA KABAR?

by on 10.25
P astinya kita semua pernah bertanya dan pernah ditanya tentang kabar orang lain? biasanya   orang yang menanyakan kabar kadang sudah la...


Sinar mentari yang menyusup disela-sela tirai jendela kamarku , membuatku terbanggun dari
mimpi indahku. Mimpi yang sangat sangat kuharapkan segera menjadi nyata. Dimana aku sedang
berjalan diatas jembatan menikmati indahnya pemandangan salah satu sungai terbesar di Indonesia,
sungai Barito namanya.

Entah mengapa satu minggu terakhir ini Kerinduanku untuk berpulang ketanah air begitu
menggebu gebu. Maklum, aku adalah seorang perantau di Negeri orang yang sudah hampir sepuluh tahun
belum pulang ke kampung halaman. Sejak lulus dari salah satu SMA ternama di Kalimantan Selatan aku
bertekat untuk menuntut ilmu di luar Negeri demi meraih cita-cita menjadi seorang Teknik Sipil yang
handal. Keinginanku terkabul untuk menuntut ilmu di Negeri orang. Aku pergi ke Jerman, Negara maju
yang katanya terkenal dengan teknologi moderennya. Kini aku tinggal di kota Trier, salah satu kota tertua
di Jerman.
Berrrrrt berrrt..... getar handphoneku menyadarkanku dari lamunan. Aku beranjak mengambil
handphoneku dan melihat pesan yang masuk.
“Roy, presentasi akan diadakan pagi ini jangan lupa bawa modelnya“ pesan singkat yang dikirim
oleh rekan kerjaku Hendra.
Aku segera bergegas bersiap siap untuk pergi ke kantor dimana aku bekerja sebagai arsitektur. Hari
ini adalah hari yang penting, dimana aku akan mempresentasikan trobosan terbaru dari desain tata kota
rancanganku didepan seluruh petinggi pejabat kota Trier.
Semangat ku berkobar, ini adalah puncak hari yang ku nanti nanti. Jika hari ini aku berhasil untuk
meyakinkan para pejabat itu dan model rancangan desain yang aku buat memuaskan mereka, aku akan
sangat yakin jika aku juga bisa mewujudkan mimpiku membangun kota dan Negara ku tercinta
Banjarmasin dimana tempat aku dilahirkan. sambil menyeruput secangkir kopi yang sempat ku buat aku
bergegas menyiapkan semua keperluan yang harus ku bawa untuk prsentasi, dan langsung pergi
meningglkan apartemen.
Mobil yang ku kemudikan melenggang dengan lancar di jalan raya tanpa kemacetan yang terjadi.
Aku tersenyum, entah kenapa aku teringat Negeriku Indonesia dimana macet adalah sahabat karib
pengemudi kendaraan. Pikiranku kembali menyusuri detail-detail jalanan kota Banjarmasin Kalimantan

Selatan, “Banjarmasin Bungas” julukannya yang artinya Banjarmasin Cantik. Dimana banyak bangunan-
bangunan pinggir jalan yang sangat mepet pekarangannya dengan jalan raya sehingga jalanan terkesan

sempit dan semrawut. Padahal jika dipikir lagi Banjarmasin adalah salah satu Provinsi dari pulau
Kalimantan yang mana menjadi salah satu pulau terbesar di Indonesia. Pulau yang salah satu Provinsinya

diwacanakan akan menjadi Ibu kota Negara Indonesia itu sebenarnya masih sangat mungkin untuk
didesain dengan rapi agar tidak menimbulkan kemacetan jika memang ingin dijadikan Ibu Kota Negara.
Tapi aku kembali tersenyum kecut, mengingat masih banyak oknum-oknum yang hanya memanfaatkan
dana proyek pembangunan infrastuktur untuk memenuhi pundi-pundi kekayaan pribadi. Dana yang
seharusnya dapat membuat jalan tol dengan desain moderen dan kualitas terbaik malah dikorupsi. Bahan
material yang berkualitas ditukar dengan yang biasa saja, sehingga tidak sedikit bangunan atau jalan baru
berusia tiga tahun sudah minta direnofasi lagi.
Aku teringat masa kecilku dulu saat aku ikut menonton berita tentang kasus korupsi dana
infrastruktur di televisi.
“Abah,,, Kenapa bebuhanyatu urang pintar pintar tapi korupsi Bah?”

tanyaku polos pada Ayah

yang sedang serius menyimak liputan berita aktual di televisi ruang keluarga.
“ya,, karena buhannya tu makai kapintarannya gasan meakali urang lain”

jawab ayah sekenanya

dengan logat kental banjarnya sambil masih serius memperhatikan berita.
“Bulihlah kaya itu Bah?.. amun urang pintar tu kawa meakali orang lain? Amun bulih ulun handak
jua kaya itu kena ah,, ”

dengan lugunya aku bertanya lagi.

“huuuuust........... kada bulih pang Roy ay,, itu dzolim ngarannya,, dosa meambil hak yang lain
ampunnya. Amun ikam kena ganal sudah tarus kena jadi urang pintar nih, harus pang menjadi urang yang
kawa menggunakan kepintaran ikam gasan meamalkan ilmu yang ikam punya. ikam harus kawa jadi anak
bangsa yang memajukan bangsanya lain malah menggerogoti nagara” 
jawab ayah serius sambil memasang muka gemes atas pertanyaan anaknya.
Heran memang, Indonesiaku yang indah, yang dipuja-puja dengan kekayaan alamnya, Wisata
Surga yang memanjakan mata yang tak mungkin dapat ditemui dibelahan dunia manapun dengan
Kebudayaan terbesar yang pernah dimiliki dunia, masih dalam tahap berkembang. Padahal besar potensi
Indonesia menjadi Negara yang maju, makmur, dan sejahtera.
Lampu merah menghentikan laju mobilku, perjalanan menuju kantor masih setengah jam lagi.
Mataku tertuju pada papan iklan yang berada pinggir jalan, iklan sebuah promo tiket penerbangan dengan
gambar pesawat besar ditengahnya. Aku pun sadar kenapa Negara tercintaku, Indonesia masih terpuruk.
Setruktur pemerintahan yang harusnya diurus oleh orang orang yang dikira tepat terkadang masih
belum tepat. Akibatnya banyak rakyat yang jujur mesti membela Negara lain, banyak Ilmuwan yang
ikhlas membangun Teknologi di Luar Negeri, banyak orang-orang terdidik yang memilih tinggal di Luar
Negeri, banyak Usahawan memilih untuk membangun karir di Negara lain karena tidak pernah
mendapatkan prihatian serius dari pemerintah.
Tapi aku berpikir jika aku mengalami hal yang sama seperti mereka dan memilih meninggalkan
Negeri tercinta hanya untuk sebuah pengakuan karya dan karir yang baik maka aku tidak ada bedanya
dengan orang orang yang mementingkan diri sendiri, orang orang yang arogan.
Cita citaku belajar keluar Negeri tidak lain adalah untuk membangun Negeriku sendiri, Negeriku
yang masih perlu uluran tangan para pejuang bangsa. Pejuang yang ikhlas berkorban untuk membangun
Indonesia.
“tiiiiiiin........tiiin” suara klakson dibelakang memecahkan lamunanku. Aku tidak menyadari kalau
lampu sudah berubah warna menjadi hijau. Ku jalankan lagi mobilku melintasi jalanan kota tertua di
Jerman ini.
Aku sampai dikantor tempatku bekerja, gedung yang megah dengan desain bangunan yang elegan
membuat siapapun betah berlama lama didalamnya. Beberapa karyawan kantor terlihat baru memasuki
pintu depan. Aku memasuki area parkir di bawah tanah dan memarkirkan mobilku berjejer dengan mobil
mobil karyawan yang lain. Aku membawa semua keperluan bahan presentasi sambil melangkah
memasuki lift.
Jantungku berdegub kencang, gugup sekali rasanya. Bayanganku terpantul oleh kaca yang
memenuhi dinding lift, kemeja warna putih dengan setelan jas abu abu dan sepatu hitam mengkilat yang
aku kenakan membuatku terlihat elegan dan penuh percaya diri.
“Harus..” gumamku, “harus berhasil... percaya diri Roy,, kamu pasti bisa!” bisikku pada diri sendiri,
sekaligus untuk menghilangkan rasa gugup. Hari adalah impianku untuk membuktikan kepantasanku
menjadi seorang arsitek tata kota. Jika aku berhasil hari ini, aku akan pulang ke Indonesia dan
mewujudkan mimpiku untuk memperbaiki dan merancang desain perkotaan yang ideal untuk kampung
halaman ku Banjarmasin dan Negaraku Indonesia.
Tunggu aku INDONESIAKU !!!! .............. Aku akan kembali kepadamu....!



Cinta yang pernah disakiti ini, kini berangsur pergi.
Seperti hujan yang tinggalakan genangan air
Tuk pantulkan bayang bulan di gelapnya malam.
Entah harus ku maknai apa emosi yang bergejolak ini?
Rasa Sayang kah? Atau rasa benci?
Memang rindu kerap tak berdamai dengan waktu.
Dibiarkannya daku melambung tinggi,
bahagia dalam angan
merajut asa dipenghujung senja
serta larut dalam sejuknya embun pagi

dan berharap semua ini kan abadi.

SEMU

by on 20.15
Cinta yang pernah disakiti ini, kini berangsur pergi. Seperti hujan yang tinggalakan genangan air Tuk pantulkan bayang bulan di...
theodysseyonline.com

Hanya kegelapan tanpa cahaya. Dan hening sepi tanpa suara.
Terlalu jauh aku melangkah..  Terlalu dalam ku terjatuh.
Aku berteriak....Aku menangis menjerit...
Namun kau tak mendengar.
Aku terluka oleh kesepian..
Yang kau berikan  kepadaku...  

 TEGA!
Kenapa tak kau tikam saja aku dengan sembilu?..
Atau tenggelamkan aku dalam samudra?..
Agar aku terbebas dari siksamu.
Ah.. Aku hanya lembaran kosong yang tak dihiraukan,
yang tak terisi tulisan indah.
Hanya butiran debu yang menemani lembaran,
kemudian dibuang ditinggalkan.

Ku duduk termangu sendiri tanpa seorangpun menemani.
Taukah kau rasanya ketakutan?... Seorang diri dikegelapan.
Mengapa kau siksa aku?..
Meninggalkan ku dalam hening diammu

Dimana kamu yang menjanjikan kesetiaan?...
Bagai langit dan bumi, seperti bulan dan bintang,
Yang saling setia.

Dimana kamu saat aku sendiri?... Merasakan kehampaan hati.
Tak ada yang bisa kupercaya lagi. Selain sepi yang menemani.

Mantingan, Ngawi-Jatim 12 / 02 / 17.



DIAM MU

by on 22.19
theodysseyonline.com Hanya kegelapan tanpa cahaya . Dan hening sepi tanpa suara. Terlalu jauh aku melangkah..  Terlalu dalam ku t...



Satu lagi catatan hitam negri ini
Negri yang indah namun penuh dengan noda
Anak bangsa belum berbakti
Karena tergilas teknologi
Yang seharusnya belajar
Sibuk tawuran
Yang seharusnya menuntut ilmu
Malah pacaran

Diberi nasihat namun membantah
Guru pun disalahkan dipojokkan
Kemana moral bangsa ini?
Dahulu guru diagungkan dimuliakan
Sekarang dihina direndahkan
Dahulu pentingkan ilmu dan prestasi
Sekarang yang penting ijazah untuk bekerja

Carikan siapa yang patut disalahkan?
Atas hasil yang tak diharapkan
Anak adalah titipan Ilahi
Karakter dibentuk orang tua sendiri
Akhlak moral hilang kendali
Orang tua sibuk dengan materi

Padahal rumah sebagai tempat segalanya
Orang tua adalah pendidik pertama
Pembangun Karakter generasi bangsa

Mari bercermin untuk masa depan
Mungkin masih ada harapan
Sadarkan orang tua untuk bertanggung jawab
Hidupkan lagi karakter yang hilang

Hapuskan duka ibu pertiwi